 |
| sumber : antaranews.com |
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Kalau ngomongin KAI Commuter, Baba punya segudang pengalaman yang selalu melekat di ingatan. Kehadirannya sudah jadi bagian penting dalam keseharian Baba, terutama sebagai transportasi utama pergi ke “rumah kedua” alias kantor tercinta. Selain cepat dan hemat, KAI Commuter selalu jadi pilihan mutlak Baba.
 |
| Sumber : kompas.com |
Perkenalan Baba sama KAI sebenernya udah lama banget. Mulai dari kelas 2 SD, Baba udah naik kereta ekonomi dari Stasiun Bogor buat main ke rumah teman sampai Citayam. Sempat agak lama nggak naik, tapi waktu kuliah di Depok, hubungan itu kembali harmonis. Hampir tiap hari Baba naik kereta, dan tiap perjalanan selalu ada cerita unik yang bikin senyum-senyum sendiri kalau diingat.
 |
| sumber : commuterline.com |
Bicara soal kereta ekonomi, jangan harap bisa nyaman. Penumpangnya campur aduk: pedagang, pengemis, pengamen, sampai pencopet pun ada. Suara bising bercampur aroma khas tiap penumpang—duh, pengalaman yang nggak bakal bisa dilupain. Kalau kereta udah penuh banget, Baba pernah nekat jadi “Bonek” alias duduk di atas gerbong. Serem? Banget. Tapi untungnya cuma sekali, karena pengalaman itu nggak bakal Baba ulangi lagi.
 |
| sumber : wikipedia |
Nah, ada satu kereta yang selalu bikin Baba ngiler: Pakuan Express. Kereta legendaris ini cuma lewat Stasiun Pondok Cina, jadi setiap kali Baba nunggu kereta ekonomi, rasanya pengen banget pindah ke Pakuan Express. Tapi apa daya, kereta ekonomi yang Baba naiki selalu overload karena orang-orang nggak sabar nunggu. Setiap kali lihat kereta legendaris itu lewat, rasanya campur aduk antara sedih, lucu, dan pengen tepuk jidat sendiri.
 |
| sumber : news.detik.com |
Dulu sistem tiket juga bikin seru sekaligus ribet. Masih pakai kondektur keliling tiap gerbong, dan Baba selalu bilang “abu pak” sambil nunjukin Kartu Trayek Bulanan. Kadang Baba nekat beli tiket di stasiun sebelum tujuan akhir buat bayar lebih murah, tapi ya jangan ditiru ya teman-teman, hehehe.
 |
| sumber : kumparan.com |
Seiring waktu, KAI Commuter berubah banyak. Mulai dari penjagaan yang lebih ketat, sistem tiket pakai e-Money, sampai penambahan kereta ekonomi AC yang nyaman banget. Praktik “Bonek” sekarang nggak ada lagi, dan perjalanan jadi lebih aman. Rasanya senang banget lihat transformasi ini, dari kereta yang berdesakan sampai sekarang bisa nikmatin perjalanan dengan nyaman.
 |
| sumber : heritage.kai.id |
Di tahun 2009 saat Baba mulai mendalami dunia kerja, Baba pun masih harus bercengkrama dengan KAI Commuter, karena sulitnya mencari pekerjaan di daerah kelahiran Baba di Bogor tercinta memaksa Baba mencari pekerjaan di Ibu kota. Di saat itu juga KAI sudah mulai melakukan transformasi yang pastinya membuat KAI Commuter menjadi lebih baik, mulai dari menambah penjagaan di titik masuk liar, lorong ticket sehingga para penumpang liar mulai berkurangan dan memperbaiki sistem ticket menjadi lebih baik, menambah kelas Ekonomi AC dengan fasilitas kereta Express namun kereta ini berhenti di setiap stasiun dengan harga yang lebih murah dari tarif kereta Express sehingga memberi kesempatan untuk para penumpang kelas Ekonomi merasakan fasilitas kelas Express, mulai melarang para penumpang "Bonek" dengan memasang tiang penghalang di atas Stasiun bahkan sampai menyemprot para penumpang "Bonek: dengan cat agar menimbulkan efek jera, dan pada akhirnya meniadakan kereta Express dan mengubah sistem ticketing dengan e-Money.
Kesimpulan
 |
| sumber : sindonews.net |
Sekarang Baba cuma mau bilang satu hal:
“Naik Commuter Alaku: Murah, Cepat, Aman, dan Nyaman. Sudahkah kamu naik Commuter hari ini?”
Jadi, buat teman-teman yang suka atau baru mau coba KAI Commuter, semoga cerita Baba ini bisa bikin senyum-senyum sendiri sambil siap-siap naik kereta. Kadang jatuh, kadang lucu, tapi selalu penuh kenangan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Komentar
Posting Komentar